Perjuangan Anna Mariana Mengangkat Kain Tenun dan Songket Nusantara Menjadi Kebanggaan Indonesia di Pentas Nasional dan Dunia
Indonesia memiliki beragam warisan budaya yang unik dan bernilai seni tinggi dari sabang sampai merauke. Beberapa diantaranya adalah kain tenun dan songket nusantara yang setiap daerahnya memiliki keunikan tersendiri. Keunikan kedua kain tradisional tersebut meliputi makna, filosofi, nilai sejarah, teknik menenun, motif, dan warna.
Namun, dibalik keanggunan dan keindahan kain tenun dan songket, ternyata belum banyak masyarakat yang mencintai warisan budaya Indonesia ini. Tidak seperti batik yang sudah lebih dulu dikenal dan diakui di dunia Internasional, justru perkembangan kain tenun dan songket masih terpinggirkan.
Keprihatinan terhadap perkembangan tenun dan songket ini rupanya memenuhi benak seorang desainer kondang yang juga konsultan hukum Anna Mariana. Menurutnya, perkembangan tenun dan songket nusantara sangat memprihatinkan, tidak berkembang seperti halnya batik. Berangkat dari keprihatinan itu lah, Anna bertekad akan terus berjuang untuk mempopulerkan tenun dan songket di Indonesia maupun di mancanegara.
Kesukaan dan kecintaannya terhadap kain tradisional bukan hal baru bagi Anna. Wanita yang berasal dari Solo ini sudah familiar dengan kain dan pakaian tradisional sejak masih kecil. Saat duduk di bangku kuliah, ia mulai melirik kain tenun dan songket yang memiliki keindahan dan keunikan yang berbeda dengan kain tradisional lainnya. Meski memiliki nilai budaya dan estetika tinggi, tenun dan songket belum begitu populer di mata masyarakat. Sejak itu lah, Anna tertantang untuk mengangkat kain tenun dan songket secara lebih luas.
Anna pun tak kenal lelah terus mendalami dan mempelajari dunia tenun dan songket nusantara mulai dari sentra-sentra kerajinannya, aneka jenis, corak, motif, dan warna, hingga makna filosofi yang terkandung di dalamnya. Ia pun mengelilingi setiap daerah untuk mengetahui perkembangan dan menggali informasi tentang kain-kain tenun dan songket nusantara. Dari beberapa daerah yang ia singgahi, Anna merasa sangat tertarik pada kain tenun dan songket khas Bali. Ia pun banyak belajar dan bertukar pikiran dengan para pengrajin tenun dan songket di Pulau Dewata tersebut.
Semakin dalam mempelajari dunia tenun dan songket, semakin dalam juga kecintaannya kepada kedua kain tradisional ini. Sejak itu juga Anna menyadari tenun dan songket merupakan warisan budaya yang tak ternilai harganya sehingga harus dilestarikan. Ia pun bertekad untuk mencurahkan waktu, tenaga, dan idenya guna menggali dan mengembangkan kain tenun dan songket Bali khususnya, maupun daerah-daerah lainnya.
Cinta tak kenal lelah, begitulah yang Anna lakukan, jarak antara Jakarta-Bali dan daerah lainnya bukan penghalang baginya untuk memberikan pelatihan bersama para pengrajin guna menggali potensi seni dan kreativitas dalam mengembangkan motif-motif, warna-warna serta peningkatan kualitas kain tenun dan songket. Ia terus berkreasi dengan menciptakan motif-motif baru dengan sentuhan modern tanpa meninggalkan ciri khas budaya dari masing-masing daerahnya. Hal tersebut dilakukan agar kain tenun dan songket memiliki nilai jual tinggi di mata para pecinta kain maupun dunia. Uniknya, menurut Anna motif yang dibuat olehnya tidak akan sama setiap kali produksi. “Setiap 3 bulan atau 6 bulan selalu ada motif baru, sehingga setiap produksinya motif kain tenun dan songket akan selalu berbeda dengan produksi sebelumnya”, jelas Anna. Melalui karya tangannya, Anna sudah mendesain sekira 2 juta lebih motif dan akan terus bertambah.
Perjalanan tiga puluh lima tahun mempelajari dan mengembangkan kain tenun dan songket ini akhirnya membuahkan hasil yang luar biasa. Ia berhasil memberdayakan jutaan pengrajin daerah, hingga mempopulerkan kain tenun dan songket sampai ke mancanegara. Selain itu, dari hasil kerja kerasnya yang tak kenal lelah mengenalkan warisan leluhur yang tak ternilai harganya itu, kini banyak kaum muda yang mulai menunjukkan gairah cintanya akan budaya Indonesia dengan menjadi pengrajin tenun yang sebelumnya hanya diisi kaum tua.
Kini Anna sudah memiliki kurang lebih 5 juta mitra binaan di seluruh Indonesia. Hampir di setiap kota provinsi dan kabupaten terdapat mitra binaan Anna yang bernaung di bawah Yayasan Cinta Sejarah Budaya Kain Nusantara miliknya. Sebagai seorang pecinta budaya, di setiap kesempatan Anna selalu mengajak masyarakat untuk mencintai warisan budaya Indonesia, khususnya kain tenun dan songket. “Bangsa yang besar adalah bangsa yang mencintai sejarah dan kebudayaannya. Lantas, siapa lagi kalau bukan kita sendiri yang mencintai budaya Indonesia?”, tutur Anna.
Sudah banyak daerah dari sabang sampai merauke memiliki kain tenun dan songket dengan ciri khas budayanya sendiri. Namun, di pulau Jawa belum ada sama sekali. Ditenggarai persoalan tersebut, akhirnya Anna memiliki gagasan untuk membina pengrajin batik di pulau Jawa untuk menciptakan kain tenun dan songket dengan ciri khas batik di setiap daerahnya. Anna akan memulai langkah tersebut dengan membuat kain tenun dan songket khas Betawi di DKI Jakarta, dan kedepannya akan terus merambah ke daerah lainnya di pulau Jawa. Namun, sebelumnya gagasannya akan dipatenkan terlebih dahulu sebagai hak kekayaan intelektual. Hal tersebut layak dilakukan sebagai penghargaan untuk hasil kerja keras dan pengorbanan Anna dalam mengenalkan dan mengembangkan budaya Indonesia, khususnya kain tenun dan songket di dalam maupun luar negeri. Sehingga tidak berlebihan jika Anna menyandang sebutan Pelopor Budaya Kain Tenun dan Songket Nusantara.
Anna Mariana Duta Tenun dan Songket Internasional
Kain-kain tenun dan songket yang dibuat Anna memiliki standar kualitas tinggi. Oleh sebab itu, dalam proses pengerjaannya mulai dari persiapan bahan baku hingga menenun masih dilakukan secara tradisional. Anna masih mempertahankan proses pengerjaannya dengan cara tradisional karena kualitasnya jauh lebih baik daripada menggunakan bantuan mesin. Selain itu, bahan bakunya pun tidak sembarangan. Kain tenun dan songket hasil karyanya memakai bahan baku alam untuk kebutuhan serat kain maupun pewarnaannya.
Semakin rumit motifnya, semakin lama pengerjaannya dan semakin mahal pula harganya. Hal tersebut dinilai wajar karena proses pembuatan kain tenun dan songket bisa memakan waktu 3 atau 6 bulan, bahkan satu tahun. Tak hanya memberikan pembinaan dan pelatihan, Anna juga bekerja keras memasarkan dan mempopulerkan kain tenun dan songket mulai dari pasar lokal, nasional, hingga mancanegara. Kini kain tenun dan songket rancangan Anna sudah GO International, diantaranya sudah dikenal di negara Amerika Serikat, Eropa, Australia, Perancis, Dubai, Arab Saudi, dll.
Karena kecintaannya pada budaya Indonesia, dalam setiap mempromosikan kain tenun dan songket rancangannya, Anna mengemasnya menjadi semacam pagelaran budaya dengan mempersembahkan tarian-tarian daerah serta memamerkan kain-kain tenun dan songket dengan motif terbaru.
Berkat kegigihan dan kerja kerasnya mengenalkan dan mempopulerkan kain tenun dan songket, Anna yang juga dikenal sebagai “Icon Tenun dan Songket Bali” akhirnya mendapat undangan istimewa dari Menteri Pariwisata di New York untuk melakukan Pagelaran Seni Budaya tunggal di New York, Amerika Serikat. “Insya Allah Oktober tahun 2017 ini, saya mendapatkan undangan dari Menteri Pariwisata di New York dan komunitas di sana, untuk menjadi pembicara di acara mereka, sekaligus mendapatkan apresiasi sebagai Duta Tenun dan Songket Internasional“, ujar Anna sambil tersenyum.
Dengan adanya apresiasi tersebut, Anna memiliki banyak kesempatan untuk mempromosikan kain tenun dan songket nusantara sehingga menjadi kebanggan Indonesia di mata dunia. Meski begitu, Anna memiliki impian tinggi dari hanya sekedar go international yakni menjadikan satu hari dalam setahun sebagai Hari Kain Tenun dan Songket Nasional. Menurut Anna, hal tersebut perlu diwujudkan agar masyarakat Indonesia semakin menghargai dan mencintai budaya leluhur yang tak ternilai harganya ini. “Saya akan sangat gembira, dimana dalam satu hari tersebut banyak orang di Indonesia memakai busana yang berbahan kain tenun dan songket seperti halnya Hari Batik Nasional. Dan akhirnya masyarakat Indonesia pun akan lebih mengetahui dan mengenal keragaman corak-corak kain tenun dan songket nusantara”, harapnya. Oleh karena itu, ia juga terus berusaha untuk mewujudkan impiannya tersebut. Anna pun meminta bantuan kepada rekan-rekannya yang duduk di pemerintahan agar bisa mengkomunikasikan ikhtiarnya ini kepada Presiden.
PROFILE
Nama : DR. Hj. Anna Mariana, S.H., M.H., MBA.
Profesi/Pekerjaan : Pengacara & Konsultan Hukum, Desainer dan Pengusaha Butik
Tempat & Tgl Lahir : Solo, 1 Januari 1960
Suami : H. Tjokorda Ngurah Agung Kusumayudha, S.H., M.H., Msc
Profesi/Pekerjaan : Jaksa
Nama Anak : Raden Mas Sebastian Kriswardana
Raden Mas Dicka Pramudya Krisnamukti
Tjokorda Istri Agung Tzarinna Damarianti
Tjokorda Istri Agung Marchequita Damarianta
PENDIDIKAN FORMAL
1978 – 1982 : Bachelor of Law Degree, Gajah Mada University Indonesia
1982 – 1984 : Master of Notaries Law, Gajah Mada University Indonesia
1985 – 1988 : Master of Business Administration, Boston University,
Massachusetts, United State of America
2014 – 2016 : Master of Business Strategic, International University Goergia, Netherland
2014 – 2016 : Doctor, International University Georgia, Netherland
PENDIDIKAN NON FORMAL
Human Trafficking Education & Indonesian Workers Counseling in Kuala Lumpur, Malaysia
Human Trafficking Education & Indonesian Workers Counseling in Saudi Arabia
Workshop Modelling & Fashion, Newyork, USA
Workshop Modelling & Fashion, Paris, France
Workshop Modelling & Fashion, Milan, Italy
Workshop Modelling & Fashion, Dubai, UAE
Workshop Modelling & Fashion, New Delhi, India
Development Seminars of International Relationship – Leadership Programmes in London, England
John Robert Power (Kepribadian dan Komunikasi)
Workshop Soul of Speaking Bukan Sekedar Bicara for Star, Jakarta, Indonesia
Workshop Soul of Speaking Bukan Sekedar Bicara for Prime, Jakarta, Indonesia
KEAHLIAN BIDANG USAHA
Boutique Consultant
Fashion Consultant
Songket and Waves Fabrics of Bali Production
Fashion Design
RIWAYAT PEKERJAAN
1989 – 2002 : Notaris
1994 – saat ini : Managing Partner pada Mariana & Partners Associates Law Office
1997 – saat ini : Komisaris PT. Kharisma Arya Dinamika, General Trading, Mining & Oil Company, Indonesia
2000 – saat ini : Komisaris PT. Buana Konsultindo, Mining Consultant
2000 – saat ini : Managing Partner pada RDS & Partners Law Office
2002 – saat ini : Komisaris PT. Royal Banten Internasional, Property Business
1990 – saat ini : Ketua Komunitas Pecinta Kain Nusantara
Ketua Yayasan Cinta Sejarah Budaya Kain Nusantara
1998 – saat ini : Pendiri & Desainer House of Marsya Boutique (Kain Tenun & Songket, Batik, Kebaya dan Aksesories Nusantara)
1998 – saat ini : Pembina dan Pengelola Pengrajin Kain Tenun dan Songket Nusantara
2016 : Ketua Umum Soul of Speaking Foundation
Source : http://www.faktapers.com/perjuangan-anna-mariana-mengangkat-kain-tenun-dan-songket.html